Jakarta Kematian menjadi rahasia Tuhan yang tidak ada seorangpun tahu. Kapan dan bagaimana keadaan saat mengembuskan napas paling akhir masih tetap jadi misteri. Tetapi seorang pria malah ingin tahu, bukan kapan dan bagaimana dia wafat, tetapi seperti apakah keadaan sekitar lingkungan akan memberi respon berita kematiannya.
Merilis dari Oddity Central, seorang pria ngotot memanipulasi meninggalnya sendiri. Maksudnya terang, dia cuma ingin tahu siapa yang melayat di pemakamannya. Pria datang dari Brazil itu mengusai dalam membawa acara penghormatan paling akhir beberapa ratus kematian. Hal tersebut yang membuat ingin tahu seperti apakah keadaan saat dianya telah tiada.
Tindakan aneh pria ini berawal pada 10 Januari, seorang mempublikasikan pesan yang tidak membahagiakan di sosial media Baltazar Lemos. Mereka tuliskan "Pada awal sore yang memilukan ini, Baltazar Lemos tinggalkan kami. Info selanjutnya selekasnya datang ".
Keluarga sampai famili dekat bahkan juga tidak tahu Baltazar Lemos ada di rumah sakit. Banjir komentar bela sungkawa dan perkataan duka lain tidak terelak. Cukup banyak yang menduga Lemos telah tiada. Walau telah sukses menunjukkan situasi saat kematian, Lemos memetik kritik dari beberapa familinya.
Berikut merampung tindakan pria memanipulasi meninggalnya yang buat geleng kepala merilis dari Oddity Central, Jumat (27/1/2023).
Sebuah perusahaan pembikin peti mati asal Inggris, membuat inovasi baru dengan mengeluarkan peti mati berkilaukan kristal dan glitter. Peti ini dinamakan sama dengan perusahaannya Glitter Coffin Company.
Informasi kematian Lemos saat itu juga memacu perhatian keluarga dan rekanan. Tetapi tidak ada keterangan yang diberi, walau begitu waktu dan tempat upacara bangun dan penyemayaman di-publish di account Facebook Baltazar Lemos yang profesinya sebagai pengisi acara.
Keluarga Lemos kaget dengan informasi itu, karena tidak ada yang mengetahui ia ada di rumah sakit. Salah satunya sepupunya segera ke rumah sakit Albert Einstein untuk bertanya mengenai ia, tapi staff tidak mempunyai catatan Baltazar Lemos dirawat di situ dalam sekian hari terakhir.
Sampai di tanggal 18 Januari, rekan dan keluarga Baltazar Lemos bergabung dalam suatu gereja kecil di kota aslinya Curitiba. Mereka melangsungkan acara pemakaman. Tidak diduga suara Baltazar ada di pengeras bercerita hidupnya dan suara. Beberapa tamu penyemayaman mulai menangis karena menduga itu ialah rekaman almarhum.
Figur Baltazar ada dari pintu altar dan ia mengambil langkah keluar di muka semua orang. Sebagian orang mulai menangis, dan lainnya didiamkan dengan mulut terbuka, tapi demikian ia menerangkan jika ia sudah memanipulasi meninggalnya untuk menyaksikan siapa yang hendak mendatangi pemakamannya, beberapa peserta mulai mendakwanya lakukan kekejaman.
Drama sakit di RS Albert Einstein di Sao Paulo Baltazar yang membuat duka dalam keluarga dan teman dekat sekarang kembali 180 derajat.
Sesudah ketahui Baltazar Lemos sebenarnya belum wafat, beberapa pelayat marah dibuatnya. Cukup banyak yang bingung akan tingkah Lemos memanipulasi meninggalnya untuk sebuah argumen yang buat geleng kepala.
"Benar-benar gurauan yang konyol! Saya berpikir Anda harus berpose dengan semuanya orang yang bersedih atas kematian Anda. Saya tidak mengenali Anda secara individu dan saya berharap saya tak pernah berjumpa dengan Anda," komentar seorang lewat cara online sesudah ketahui kebenaran.
Cerita Baltazar menerangkan jika ia tak pernah ingin membuat orang bersedih, tapi ini ialah salah satu langkah untuk ketahui siapa yang hendak meratap ia sesudah meninggalnya yang tidak terelak.
"Saya punyai gagasan 5 bulan lalu. Saya ingin membuat seperti terlihat saya betul-betul mati. Beberapa orang menerjemahkannya dengan mereka sendiri. Sebetulnya saya ingin ketahui siapa mendatang untuk menggugah saya, " kata Lemos.
"Saya tidak memberitahu siapa saja, karena saya mengharap itu akan berhasil. Saya tidak punyai niat untuk sakiti, menyentuh, atau sakiti siapa pun. Saya betul-betul mohon maaf ke beberapa orang ini," tutup Lemos.
Sumber Liputan 6
Follow Us
Were this world an endless plain, and by sailing eastward we could for ever reach new distances